Google Analityc

Saturday, July 23, 2016

Teori Broken Window


New York tahun 1984, Masyarakat takut menggunakan kereta bawah tanah yang suram penuh coretan grafiti, kotor, dan banyak banditnya. Masyarakat dan pemerintah sama frustasinya dengan kondisi buruk itu. Selama tahun 80-an kriminalitas di New York City mencapai rata-rata lebih dari 2000 pembunuhan dan 600.000 tindak kekerasan serius dalam setahun.


Namun secara mendadak situasi tersebut berubah drastis di awal tahun 90-an. Di tahun 1996 kejahatan menurun drastis menjadi sepertiga. Kekerasan di kereta bawah tanah bahkan turun sebanyak 75 persen. Bagaimana hal itu bisa terjadi?

Pada pertengahan 80-an, kriminolog George Kelling disewa oleh New York Transit Authority sebagai konsultan, maka ia meminta jawatan itu untuk menerapkan teori Broken Windows yang digagasnya di jaringan kereta bawah tanah. Direktur baru yang ditunjuk mengurus hal itu, David Gunn, menerapkan teori tersebut dengan fokus melawan grafiti di kereta bawah tanah. Banyak pejabat di direktorat kereta bawah tanah yang menganjurkan agar dia lebih memusatkan perhatian kepada kejahatan yang lebih serius daripada mengurus masalah corat-coret. Gunn tetap bertahan, Coret-coret ini merupakan simbol keambrukan sistem ini, katanya.

ANALOGI PENJELASAN TEORI 

Dalam teori broken windows, dijelaskan bahwa kriminalitas merupakan akibat tak terelakkan dari ketidakteraturan. Awal yang remeh seperti coret-coret, ketidakteraturan, dan pemalakan merupakan ajakan untuk berbuat kejahatan lebih serius. Ini sebuah teori epidemi untuk kejahatan. Menurut teori ini, kejahatan bersifat menular persis seperti trend mode pakaian sehingga dengan awal yang remeh seperti memecah sebuah kaca jendela, perbuatan yang sama segera menyebar ke seluruh wilayah.

Maka Gunn melancarkan aksi melawan corat-coret. Dia tahu bahwa remaja yang melakukan grafiti memerlukan 3 hari untuk memoles dinding gerbong dengan cat putih, menunggu kering, dan menggambarnya di hari ketiga. ”Begitu mereka selesai menggambar, malamnya kami cat lagi gerbong tersebut sehingga keesokan harinya tak ada yang sempat melihat karya mereka,”demikian kata Gunn.

Ketika sebuah gerbong dicorat-coret, maka corat-coret itu dihilangkan selama masa istirahat, atau gerbong itu tidak dioperasikan dulu. Gagasan di balik kebijakan itu adalah menyampaikan pesan yang gamblang kepada para vandal, bahwa kegiatan mereka mencoret-coret adalah kegiatan sia-sia.

Program pembersihan grafiti oleh Gunn sudah berlangsung sejak 1984 hingga 1990 saat Transit Authority mengangkat William Bratton sebagai komandan polisi kereta bawah tanah yang baru. Seperti halnya Gunn, Bratton juga penganut teori Broken Windows.

Alih-alih fokus pada kejahatan serius, dia justru fokus untuk membasmi kebiasaan remeh yaitu naik kereta tanpa karcis. Menurutnya, naik kereta tanpa karcis juga merupakan simbol ketidakteraturan yang menjadi pangkal pelanggaran-pelanggaran yang lebih serius. Hasilnya luar biasa.

Penjagaan pada gerbang tiket menghasilkan penangkapan-penangkapan yang tak diduga sebelumnya. Setiap penangkapan ibarat membuka kotak hadiah yang penuh kejutan. Mainan apa yang didapat hari ini? Senjata api? Pisau? Karcis palsu? Uang palsu? Bahkan kadang-kadang ada tersangka pembunuhan. Tak lama kemudian orang-orang jahat mulai berpikir lebih panjang, setidaknya meninggalkan senjatanya dan membayar karcis ketika naik kereta.

Tahun 1994 Bratton diangkat menjadi Kepala Kepolisisan New York City oleh walikota yang baru Rudolph Giuliani. Bratton tetap melakukan strategi yang sama, memberantas perbuatan-perbuatan kecil yang mengganggu ketentraman, termasuk bahkan menangkap para tukang lap kaca mobil di perempatan jalan yang kemudian meminta uang jasa ke pengendara. ”

Kami mulai menegakkan hukum dalam kasus-kasus ringan seperti mabuk-mabukan di tempat umum, buang air kecil sembarangan, termasuk membuang botol di jalanan,” demikian kata Bratton. Ketika kriminalitas mulai menurun di kota itu, secepat penurunan keriminalitas di kereta bawah tanah, Bratton dan Giuliani menunjuk ke sebab yang sama.

Kejahatan-kejahatan kecil, pelanggaran-pelanggaran remeh, yang lazimnya dianggap tidak signifikan, merupakan langkah menuju kejahatan-kejahatan besar

Analogi dalam teori broken windows adalah bila sebuah rumah yang tidak berpenghuni, ada jendelanya yang pecah, dan tidak segera diperbaiki, maka sebentar lagi akan ada maling masuk dan mencuri barangnya, kemudian akan ada orang lagi mengambil perabotnya, dan kemudian ada lagi yang akan mencuri jendela nya, dan kemudian kusen nya pun akan sekalian dicopot, dan seterusnya.

Sebaliknya bila jendela yang pecah itu segera diperbaiki, orang tidak akan berani mencuri karena menganggap bahwa rumah tersebut dijaga dan diawasi orang, dan rumah itu tetap akan dalam kondisi utuh untuk waktu yang lama.

KESIMPULAN

Kalau disambungkan dalam contoh di rumah, Bilamana anak yang melakukan kesalahan dan kita sebagai orang tua tidak menegurnya, maka dia akan melakukan kesalahan yang serupa atau malah yang lebih besar.

Ketidakdisiplinan kecil dibiarkan, menjadi lebih banyak, lebih besar, seperti wabah virus yang menyebar kemana mana, dan setiap kali menjadi semakin besar semakin parah. Kebiasaan pribadi penundaan kerja, satu hal kita tunda dan biarkan, hal kedua ikut juga, akhirnya seluruh persoalan tertunda semuanya, dan menunda menjadi kebiasaan kita.

Dalam hal ini, aturan dan penindakan yang tegas terhadap ketidakdisiplinan menjadi kunci penting dalam penerapan teori broken windows. Meskipun aturan yang dilanggar dianggap remeh, seperti halnya menggosok gigi setiap malam sebelum tidur. Berdoa sebelum makan, dll. Aturan harus tetap ditegakkan.

Pesan yang disampaikan dalam teori broken windows adalah segala macam pelanggaran peraturan akan mendapatkan tindakan yang tegas.  Sehingga mengurangi keinginan untuk melanggar peraturan.

Analogi sederhana, kalau anda tidak bisa mengatur dan mengelola hal yang sepele, bagaimana anda bisa mengatur dan mengelola hal yang lebih besar?

Dan jika kita melanggar aturan yang sederhana, bagaimana kita yakin bahwa anak kita tidak akan melanggar aturan yang lebih besar?

Bagaimana menurut anda?

No comments:

Post a Comment